2007/09/14

Paham dan/ Ideologi

Anda mungkin mengenal komunisme, sosialisme, agnatoisme, kapitalisme, liberalisme, …..isme, …..isme, ……..isme……, dll…dll. Dengan isme-isme yang demikian manusia terkotak dalam isme yang dia anggap benar sekaligus terkukung hebat pada paradigma berpikir yang demikian. Tanpa disadari yang namanya terkukung ya maka berpisahlah dia dengan sesamanya yang berbeda pandangan dengan dia, dan lebih tragis apa yang dianggapnya benar, berharga mati. Sebenarnya dalam pandangan saya sendiri isme-isme yang demikian tidak perlulah dipertentangkan ataupun dikenakan. Tapi ya namanya juga manusia, perlu pembatas yang tegas terhadap pandangannya dimana nanti diharapkan dalam jangka waktu tertentu, yang lama, isme yang dipegangnya sudah terbentuk berupa sistem yang tak dapat diganggu gugat, yang memang dalam tujuannya demi kebaikan semua orang, kerahmatan semua orang menurut standar pikirannya. Karena dari semua itu yang dikejar adalah kenyamanan, ya lebih tinggi sedikit kebahagiaanlah. Demi anak cucu, katanya… .

2007/07/07

Kebebasan


Kebebasan ..........
Apa itu kebebasan ?Apakah aku bebas ? Apakah kita bebas ?
Kebebasan, itulah yang diingini setiap makhluk, bukan .... ?
Lalu apakah kebebasan itu ?
Apa bebas itu seperti ketika kita mendatangi polisi yang lagi mengatur lalu-lintas lalu kita datangi dan kita tampar ?
Atau ketika ada orang yang sedang duduk-duduk lalu kita tikam ?
Atau ketika ada lawan jenis yang bukan muhrimnya lalu kita "menggaulinya" ?
Atau ketika suatu hari kita mendatangi sebuah bank lalu kita rampok uangnya ?
Bukan, bukan. Bukan seperti itu kebebasan yang saya maksud.
Tapi apakah aku telah menemukannya ? Apakah kita telah menemukannya ?
Lebih dari 16 jam tiap hari kita hidup dalam dunia "orang", dunia menurut orang lain, "pandangan" orang lain. Kita sadar bahwa gerak-gerik kita sedang diperhatikan. setiap pasang mata sedang menyaksikan kita. Kita tidak dapat hidup sepenuhnya, kita hidup setengah-setengah. Hampir tidak pernah kita melakukan "apa saja" yang kita inginkan. Setiap tindakan "terpaksa" disesuaikan dengan norma-norma yang ditetapkan oleh masyarakat.
Sering tanpa kita sadari, kita butuh pendapat orang lain. Kadang-kadang kita "dipandang" ini dan itu. Apabila kita tidak membebaskan diri dari "dunia" orang dan tidur selama 7-8 jam setiap hari, kita bisa gila! Tidur selama itu membebaskan kita dari sorotan mata orang, dan merasa lega sedikit tentunya, cukup nyaman untuk kembali lagi menjadi sorotan orang esok harinya.
Lalu kita mempercayai pendapat orang tentang diri kita. Ada yang memuji, kita senang. Ada yag mencaci, kita gelisah. Kita menjadi kompromis. Untuk mendapat pengakuan dari masyarakat kita menggadaikan jiwa kita.
Ketika masih kecil, masih remaja, mungkin kita sering hidup dalam dunia kita sendiri. Kita mungkin bisa mengucapkan E.G.P. - Emang Gua Pikirin. Sekarang mungkin masih bisa, tapi keseringan tidak bisa lagi.
Bahkan dalam hal beribadat atau bersedekah pun kita perlu pendapat orang lain, pengakuan orang lain, apapun namanya, untuk bisa dilihat kalau kita sudah melakukannya. Supaya di"cap" alim, katanya.
Karena kita ingin dipandang seperti itu supaya kita bisa eksis, dan menjadi bagian dari masyarakat apataupun mayoritas bahkan supaya kita dipandang normal. Itu semua palsu! Menjijikan!
Jangan gusar, jangan tersinggung dulu. Saya menulis ini untuk diri sendiri, tapi kalau anda yang membaca tulisan ini lalu tersinggung maafkan saya. Tapi memang beginilah kondisi masyarakat sekarang. Atau mungkin terasa ternasihati, itu bukan kesengajaan Karena tulisan ini ditujukan untuk diri sendiri.
Semua orang ingin bebas. Bebas yang bertanggung jawab katanya. Apapun nama kebebasan, sudah saatnya kita keluar dari belenggu apapun, karena kita bukan budak siapapun juga, kita bukan robot.
Setelah itu apa ?
Terbanglah!
Tapi kalau belum siap lupakanlah .............
(nb: tulisan ini tidak menggunakan EYD)